ARTICLE AD BOX
pendapatsaya.com, Jakarta - Jakarta belum bisa lepas dari musibah banjir. Hujan deras nan terjadi sejak Minggu malam, 6 Juli 2025, telah melumpuhkan banyak wilayah di ibu kota. Sampai Senin pagi, 7 Juli 2025, ada sekitar 109 Rukun Tetangga (RT) nan terendam.
Berdasarkan info dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta, hingga pukul 08.00 WIB, total ada 17 RT di area Jakarta Pusat, 15 RT di Jakarta Barat, 30 RT di Jakarta Selatan, dan 47 RT area di Jakarta Timur. Ketinggian air bervariasi, mulai dari 40 sentimeter (cm) hingga 2 meter.
Akibat banjir nan cukup tinggi, ratusan penduduk terpaksa mengungsi. Meninggalkan rumahnya untuk singgah ke tempat aman. Dari info BPBD, sebanyak 337 jiwa mengungsi di Cipinang Melayu, 156 jiwa mengungsi di Karet Tengsin, 119 jiwa mengungsi di Kampung Melayu. Para pengungsi sementara ditampung di masjid dan gedung sekolah nan dijadikan posko darurat.
Tak hanya permukiman penduduk, sampai Senin pagi dilaporkan, sejumlah ruas jalan di area Jakarta Barat dan Jakarta Timur, tetap tergenang. Sehingga tidak bisa dilalui kendaraan.
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi BPBD Jakarta, Mohamad Yohan, menyebut banjir terjadi akibat curah hujan tinggi nan mengguyur Jakarta dan sekitarnya dalam beberapa hari terakhir, luapan Sungai Ciliwung, ditambah dengan pasang air laut.
"Seperti kita ketahui bersama, dari hari Sabtu hingga Minggu kemarin terjadi hujan deras dengan lama nan cukup lama, sehingga memicu beberapa kejadian musibah hidrometeorologi basah," ujar Yohan dalam keterangannya, Senin, 7 Juli 2025.
Gubernur Jakarta Pramono Anung apalagi mengaku sampai-sampai tidak bisa tidur lantaran kudu terjun ke lapangan memantau peristiwa banjir di Jakarta sejak Minggu malam, 6 Juli 2025. Pramono mengaku baru pertama kali menghadapi banjir secara berbarengan selama empat bulan menjabat sebagai gubernur Jakarta.
"Mudah-mudahan apa nan dilakukan oleh Dinas SDA dan juga para wali kota bekerja sangat baik bersama-sama menangani banjir semalam ini. Memang itu baru pertama kali, dan saya sampai sekarang belum tidur," kata Pramono, Senin, 7 Juli 2025.
Baca juga 2.348 Rumah di Jabodetabek Terendam Banjir, 9.947 Orang Mengungsi
Penyebab Banjir Jakarta
Banjir nan merendam sejumlah wilayah Jakarta terjadi akibat curah hujan sangat lebat hingga ekstrem. Kondisi ini diperparah dengan drainase nan tidak bisa mengimbangi volume air hujan.
Sekretaris Dinas Sumber Daya Air (SDA) DKI Jakarta, Hendri, menjelaskan banjir di Jakarta kali ini disebabkan beberapa faktor, terutama hujan sangat nan sangat deras di wilayah hulu seperti Bogor, Depok, dan Tangerang.
"Banjir nan terjadi di sejumlah wilayah di Jakarta terjadi akibat drainase nan tidak bisa menampung debit air akibat curah hujan nan sangat lebat hingga ekstrem. Hujan sangat lebat hingga ekstrem itu terjadi baik di Jakarta maupun di wilayah sekitarnya seperti Depok dan Bogor, Jawa Barat," kata Hendri kepada pendapatsaya.com, Senin, 7 Juli 2025.
Intensitas hujan ekstrem berada di kisaran 150 milimeter (mm) per hari, sedangkan kategori sangat lebat antara 100 hingga 150 mm per hari dan lebat berada di nomor 100-150 mm/hari dan 50-100 mm/hari.
Berdasarkan info Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Semanan, Jakarta Barat, mencatat intensitas hujan tertinggi, ialah 144 milimeter per hari.
Di luar Jakarta, curah hujan serupa terjadi di Angke Hulu, Kota Tangerang, dan Pompa Poncol dengan intensitas masing-masing 135 milimeter per hari. Pasar Minggu 128 mm per hari, Halim Perdanakusuma 123 mm per hari, serta di sejumlah titik di wilayah hulu seperti Cimanggis dan Depok.
"Berdasarkan info curah hujan BMKG per Senin, 7 Juli 2025, curah hujan sangat lebat nan tertinggi terjadi di area Semanan, Jakarta Barat, dengan intensitas 144 mm per hari," ucap Hendri.
Hujan dengan intensitas sangat lebat juga terjadi di beberapa wilayah di sekitarnya, seperti Angke Hulu (Kota Tangerang) 135 mm/hari, Pompa Poncol 135 mm/hari, Pasar Minggu 128 mm/hari, Halim Perdanakusuma 123 mm/hari, Pompa Arcadia (Kali Mampang) 122 mm/hari, Cimanggis 121 mm/hari, Bukit Duri 1 116 mm/hari, IPAL Kampung Rambutan 112 mm/hari, Cawang Wika 99 mm/hari, Lebak Bulus 98 mm/hari, TMII 94 mm/hari, Kembangan Utara 94 mm/hari, Sunter Hulu 83 mm/hari, Pakubuwono 82 mm/hari, Pompa Perdatam 81 mm/hari, Manggarai 70 mm/hari, Depok 1 63 mm/hari.
Fenomena cuaca ekstrem di wilayah hulu juga menyebabkan debit sungai-sungai nan melintasi Jakarta mengalami peningkatan. Kondisi ini diperparah dengan permukaan air laut nan cukup tinggi di pesisir utara Jakarta.
"Banjir kali ini disebabkan beragam faktor, mulai dari curah hujan nan tinggi baik di wilayah Jakarta maupun di wilayah hulu sungai. Pada saat bersamaan, kondisi permukaan air laut di pesisir Jakarta juga cukup tinggi, sehingga upaya pengendalian banjir perlu dilakukan secara terukur dan penuh hati-hati," kata Hendri.
Drainase Tidak Mampu Menampung Air Hujan
Tak hanya itu, banjir di Jakarta juga disebabkan kapabilitas drainase nan ada saat ini tidak bisa menampung tingginya volume air hujan. Drainase di Jakarta baru bisa menampung sekitar 1.414 meter kubik air per detik, sementara kebutuhan saat hujan ekstrem bisa mencapai 2.357 meter kubik per detik.
"Berdasarkan data, kapabilitas drainase eksisting bisa menampung 1.414 meter kubik (m3) per detik. Sementara itu, kreasi kapabilitas drainase berada di nomor 2.357 m3 per detik, sehingga debit air nan belum tertampung adalah 942 m3," ujar Sekretaris Dinas SDA DKI Jakarta, Hendri.
Untuk menutupi kekurangan kapabilitas drainase, Dinas SDA terus melakukan upaya peningkatan prasarana pengendalian banjir. Langkah-langkah itu meliputi pengerukan situ, embung, waduk, dan kali, serta pembangunan polder baru di kawasan-kawasan rawan.
"Untuk itu, tetap diperlukan peningkatan kapabilitas drainase nan di antaranya dengan melakukan pengerukan waduk, situ, embung dan sungai alias kali serta pembangunan polder," kata Hendri.
Namun, upaya peningkatan kapabilitas ini tetap belum merata di seluruh wilayah. Beberapa area sungai besar di Jakarta tetap memerlukan penanganan lebih lanjut.
"Wilayah-wilayah nan perlu dilakukan normalisasi di antaranya Kali Ciliwung segmen Pengadegan, Cawang, Kali Pesanggrahan Segmen Jalan H. Marzuki, serta Kali Krukut Segmen Jalan NIS," ucap Hendri.
Solusi Penanganan Banjir Jakarta
Untuk mempercepat surutnya genangan, Dinas SDA mengerahkan Satgas Pasukan Biru serta pompa mobile. Selain itu pompa stasioner nan tersebar di beberapa letak di Jakarta juga beroperasi.
Pompa mobile ini berfaedah untuk mempercepat penanganan genangan nan terjadi di jalan besar, permukiman maupun area nan tidak terdapat pompa stasioner.
"Dengan adanya pompa mobile ini diharapkan agar genangan nan terjadi di suatu letak bisa sigap tertangani," kata Hendri.
Selain itu, Dinas SDA juga bekerja sama dengan BPBD DKI Jakarta serta perangkat wilayah guna mempercepat penanganan genangan. Namun demikian, hambatan tetap dihadapi di lapangan.
"Kendala di lapangan umumnya berupa tali-tali air nan tersumbat sampah sehingga menghalang aliran air ke saluran drainase. Selain itu ada 5 pompa nan terbakar akibat beraksi terus-menerus. Namun kejadian tersebut tidak mengurangi upaya pengendalian banjir," tandas dia.
Sementara itu, untuk mengurangi tingginya curah hujan di Jakarta dan sekitarnya, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan BMKG melakukan operasi modifikasi cuaca. Operasi ini dilakukan per hari Senin, 7 Juli 2025.
"BNPB per hari ini, Senin 7 Juli 2025, menyiagakan dan men-standby-kan satu pesawat Cessna untuk operasi modifikasi cuaca. BNPB sudah berkoordinasi dengan BMKG dengan memandang perkiraan cuaca pada hari ini," tutur Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan (Kapusdatinkom) BNPB Abdul Muhari kepada wartawan, Senin, 7 Juli 2025.
"Dan kita harapkan operasi modifikasi cuaca ini bisa menurunkan intensitas curah hujan di wilayah Jabodetabek nan berpotensi menimbulkan musibah hidrometeorologi basah," Muhari menambahkan.
Senada, Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG, Tri Handoko Seto, menyatakan pihaknya bakal melakukan operasi modifikasi cuaca per hari Senin, 7 Juli 2025, untuk menyiasati potensi cuaca ekstrem dan tingginya curah hujan.
"Kami sudah bekerja sama, berkoordinasi dengan Pemda DKI dan Jawa Barat, juga BNPB. Mulai hari ini kita bakal melakukan operasi modifikasi cuaca untuk wilayah DKI dan sekitarnya," kata Seto saat bertemu pers daring, Senin, 7 Juli 2025.
"Poskonya ada di Halim Perdanakusuma. Mudah-mudahan hujan nan bakal turun pada hari ini dan seterusnya bisa kita kurangi, sehingga bakal mengurangi beban penderitaan teman-teman nan sedang terdampak banjir," kata Seto.
Kapusdatinkom BNPB Abdul Muhari mengimbau kepada petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) hingga TNI-Polri untuk bersiaga mengecek setiap wilayah andaikan diguyur hujan lebih dari satu jam. Hal itu dalam rangka mitigasi dan antisipasi masyarakat terdampak banjir.
"Kami memohon support kepada TNI dan Polri di daerah, tentu saja Babinsa, Babinkamtibmas, BPBD, agar ketika sudah terjadi hujan lebih dari satu jam secara menerus, turun ke lapangan lihat kondisi-kondisi air di sungai, bendungan, kondisi tebing," kata Muhari.
"Kalau sekiranya ada indikasi muka air di sungai terus naik dan hujan terus turun, maka segera lakukan pemindahan pada masyarakat-masyarakat nan bermukim di sekitar bantaran sungai," sambungnya.
Hujan Ekstrem Masih Terjadi Sepekan ke Depan, Waspada Banjir Susulan
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, mengatakan pihaknya sudah mengeluarkan peringatan awal soal kenaikan curah hujan sejak 28 Juni dan 3 Juli 2025.
"BMKG telah merilis peringatan awal pada 28 Juni dan 3 Juli. Saat itu kami sudah mendeteksi adanya tren peningkatan dinamika atmosfer nan memacu pembentukan awan-awan hujan," kata Dwikorita dalam jumpa media secara daring, Senin, 7 Juli 2025.
Ia kemudian menjelaskan kejadian tingginya intensitas hujan saat ini merupakan hasil hubungan dari beberapa aspek atmosfer.
"Hujan nan lebat dan sangat lebat hingga ekstrem tersebut merupakan hasil hubungan dari beberapa aspek ialah lemahnya monsun Australia dan hangatnya suhu muka laut menyebabkan kelembapan udara tinggi, terutama di wilayah selatan Indonesia," kata Dwikorita.
Selain itu, lanjut Dwikorita, terpantau pula gelombang Kelvin aktif, ialah gelombang atmosfer nan aktif melintas di pesisir utara Jawa dan laut disertai perlambatan dan belokan angin di Jawa bagian barat dan selatan nan memicu penumpukan massa udara.
"Labilitas atmosfer lokal juga terpantau kuat dan mempercepat pertumbuhan awan hujan," ujar Dwikorita.
Dwikorita pun mengingatkan masyarakat untuk waspada lantaran cuaca ekstrem tetap mengintai sejumlah wilayah Indonesia, termasuk di Jakarta dan sekitarnya.
Berdasarkan hasil analisa terkini BMKG, sejumlah wilayah di Indonesia berpotensi mengalami hujan lebat hingga sangat lebat dalam sepekan ke depan, di antaranya wilayah Jabodetabek.
"Jadi perlu kewaspadaan alias apalagi siaga lantaran hujannya sangat lebat," kata Dwikorita.
BMKG mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi hujan lebat nan dapat disertai kilat alias petir dan angin kencang. Tak hanya memicu banjir, curah hujan lebat juga mengakibatkan banjir bandang, tanah logsor, dan pohon tumbang.
Dwikorita mengimbau masyarakat dan pemangku kepentingan untuk aktif memantau info cuaca terkini dan peringatan awal dari BMKG, nan tersedia melalui aplikasi InfoBMKG, situs www.bmkg.go.id, media sosial resmi BMKG, serta call center 196.