ARTICLE AD BOX
Jakarta, pendapatsaya.com --
Program makan bergizi gratis (MBG) di bawah Pemerintahan Prabowo-Gibran telah diluncurkan pada Senin (6/1). Program prioritas ini didukung alokasi anggaran sebesar Rp71 triliun.
Hingga hari kedua alias Selasa (7/1) tercatat, program ini belum dilaksanakan di seluruh provinsi di Indonesia.
Kepala Komunikasi Kepresidenan Republik Indonesia Hasan Nasbi sebelumnya menargetkan program ini dapat menyentuh tiga juta penerima faedah mulai dari balita, pelajar hingga ibu menyusui.
"Selama Januari hingga Maret 2025, diharapkan program MBG bisa menyentuh tiga juta penerima manfaat, nan terdiri dari balita, santri, siswa PAUD, TK, SD, SMP, SMA, dan ibu mengandung serta ibu menyusui," kata Hasan dalam keterangannya, Minggu (5/1).
Hasan mengatakan jumlah tersebut bakal terus bertambah hingga mencapai 15 juta pada akhir tahun 2025.
Baru 4 SPPG di Jakarta, DIY belum
Di Jakarta, baru ada empat Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) nan beroperasi. Pj Gubernur DKI Jakarta Teguh Setyabudi mengatakan empat SPPG itu menyuplai makanan ke 41 sekolah. Teguh menargetkan penambahan 13 SPPG untuk beraksi sehingga total bakal 17 SPPG di Januari.
"Diharapkan pada Januari 2025 ini kelak bakal ada tambahan 13 SPPG lagi. Sehingga kelak sudah bisa beraksi 17 SPPG, dari rencana tahun 2025 sebanyak 153 SPPG," kata Teguh.
Sementara itu, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tak ikut serta dalam peluncuran program tersebut pada Senin lantaran belum siap. DIY sebelumnya diumumkan masuk ke dalam daftar 26 provinsi pelaksana program MBG nan dimulai secara serentak hari ini di total 190 titik.
Namun, Komandan Kodim 0732/Sleman Letkol Inf Mohammad Zainollah mengatakan MBG di Yogyakarta baru bakal dilaksanakan 13 Januari mendatang.
Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan Hasan Nasbi mengatakan menunsusu tak diwajibkan setiap harinya dalam program tersebut.
"Susu kan tidak diwajibkan setiap hari, jadi itu tergantung daerahnya," kata Hasan kepada wartawan, Senin (6/1).
Hasan mengaku sempat berbincang dengan kepala Satuan Pemenuhan Pelayanan Gizi (SPPG) di letak nan dikunjunginya mengenai penyediaan susu. Kepala SPPG ini, lanjutnya, bakal menyediakan menu susu selama sepekan sekali. Baginya, terpenting saat ini porsi makanan nan diterima dari program ini mencukupi kebutuhan gizinya.
"Paling sedikit itu seminggu sekali, tidak wajib susu tuh bukan menu wajib, lantaran suplai susu kan belum merata di setiap daerah," kata dia.
Menu dalam paket makanan berganti setiap harinya. Sebagai contoh, di SDN Slipi 15 Jakarta Barat, hari pertama paket makanan berisi nasi, ayam goreng tepung, tahu goreng, buncis dan jeruk.
Sementara pada hari kedua, menu nan diterima siswa adalah nasi, telur orak-arik, kacang panjang dan wortel, susu uht 115 ml serta pisang.
Sistem reimburse
Kepala Chef SPPG 'Dapur Sehat Anak Bangsa' di Halim Perdanakusuma Jonie Kusuma Hadi bercerita sistem pembayaran untuk menu makanan program tersebut menggunakan modal pribadi mitra terlebih dahulu, kemudian diganti alias reimburse oleh Badan Gizi Nasional (BGN).
"Ngadain dulu, kelak reimburse ke Badan Gizi Nasional per minggu. Itu food cost Rp10.000" ujar Jonie saat ditemui di SD Angkasa 5 Halim, Jakarta Timur, Senin (6/1).
Rasa hambar, berambisi ayam
Dari pantauan di beberapa sekolah di Jakarta, tidak sedikit siswa-siswi nan tidak menghabiskan makanannya. Di SDN Slipi 15 misalnya, tidak sedikit makanan nan tersisa di kotak-kotak makanan, terutama adalah sayur.
Sama halnya dengan di SMP 1 Barunawati Jakarta, ada siswa nan lahap makan sayur, ada juga nan tidak lantaran merasa sayur nan ada di menu hambar.
"Kalau menurut saya bayamnya kudu dikasih garam lagi, agak hambar," kata seorang Siswi SMP 1 Barunawati.
Di Palembang, Sumatera Selatan, seorang siswa berambisi ada menu ayam goreng nan disajikan di paket makanan.
(yoa/DAL)
[Gambas:Video CNN]