Kisah Runtuhnya Kerajaan Bisnis Salim Setelah Berkuasa 3 Dekade

Sedang Trending 6 bulan yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta, pendapatsaya.com - Nama Liem Sioe Lion alias Sudono Salim lekat dengan order baru. Ia dikenal sebagai pengusaha impor cengkeh dan logisitik tentara pasca era kemerdekaan Republik Indonesia.

Kedekatannya dengan Presiden RI ke-2 Soeharto pun membantu kejayaan upaya Salim selama tiga dekade. 

Jaringan upaya Salim nan luas membikin Soeharto tertarik untuk bekerja sama. Melalui perantara Sulardi, Salim dan Soeharto berkenalan.

Kala itu Soeharto menjabat sebagai Kolonel. Salim pun menjadi penyuplai logistik pasukan Soeharto semasa Perang Kemerdekaan pada 1945 hingga 1949.

"Setelah Soeharto meraih kekuasaan di Indonesia pada pertengahan 1960-an dan menjadi presiden, dia didukung oleh golongan kroni pengusaha, [pendukung] nan terbesar dan terkuat adalah Liem Sioe Liong," tulis Richard Borsuk dan Nancy Chng dalam Liem Sioe Liong dan Salim Group (2016), dikutip Minggu (5/1/2025).

Selama tiga dasawarsa kepemimpinan Soeharto, keduanya terlibat dalam relasi nan saling menguntungkan. Soeharto melindungi Liem dan memastikan bisnisnya melangkah lancar, sementara Liem menyalurkan biaya kepada Soeharto, keluarga, dan kroni lainnya melalui kerajaan upaya Salim Group.

Berkat simbiosis tersebut, kedua pihak berhasil di jalannya masing-masing. Salim sukses terdaftar sebagai orang terkaya di Indonesia, sementara Soeharto sukses memegang kuasa di Tanah Air. Namun, kejayaan keduanya tiba-tiba hancur sekejap dalam waktu beberapa hari saja pada Mei 1998.

Penyebab Kerajaan Bisnis Salim Runtuh

Selama tiga dekade, Salim sukses membangun tiga kerajaan upaya di tiga sektor, ialah perbankan (Bank Central Asia namalain BCA), gedung (Indocement), dan makanan (Bogasari dan Indofood). Namun, semua bisnisnya perlahan runtuh saat memasuki krisis 1998. BCA menjadi nan terparah.

Sejarawan, M.C Ricklefs, dalam Sejarah Indonesia Modern (2009) menyebut bahwa selama masa krisis, pengguna menarik biaya secara massal dan besar-besaran. Ratusan orang apalagi rela mengantre selama berjam-jam untuk menguras seluruh tabungannya. Kondisi ini membikin BCA nan tidak lagi dipercaya masyarakat terancam bangkrut.

Kedekatan dengan Soeharto rupanya menjadi malapetaka bagi Salim. Masyarakat nan mengetahui kedekatan Salim dengan Soeharto membikin dia menjadi sasaran sasaran. Hal ini terjadi setelah unjuk rasa beranjak menjadi kerusuhan rasial pada 13 Mei 1998.

Pada saat itu, Jakarta dan sekitarnya mengalami kerusuhan, penjarahan, dan pembakaran terhadap rumah, gedung pertokoan, dan banyak kendaraan (Kompas, 14 Mei 1998). Aksi ini dilakukan oleh massa nan sudah terprovokasi. Dalam tindakan tersebut, masyarakat terprovokasi menyasar gedung dan kendaraan milik orang Tionghoa, apalagi menargetkan masyarakat keturunan Tionghoa.

Jemma Purdey dalam Kekerasan Anti-Tionghoa di Indonesia 1996-1999 (2013) menjelaskan, munculnya sentimen rasial terhadap masyarakat keturunan Tionghoa lantaran ada stereotip bahwa mereka patut dibenci. Sebab, mereka lantaran kaya raya dan dekat dengan penguasa Soeharto. Salah satu tokoh nan melekat dengan penjelasan itu adalah Sudono Salim.

"Perusahaan para bos dan family Soeharto merupakan sasaran utama pembakaran dan penjarahan. Bank Central Asia milik Liem Sioe Liong merupakan objek serangan utama," tulis Ricklefs.

Menurut Richard Borsuk dan Nancy Chng, sebagai sasaran amukan massa, Sudono Salim, istri, dan beberapa anaknya berada dalam nasib nan menguntungkan. Sebab, pada saat itu mereka sedang di Amerika Serikat (AS). Diketahui, Salim mengunjungi AS untuk melakukan operasi mata.

Kediaman Salim Dibakar

Di Jakarta, hanya ada Anthony Salim nan bekerja di Wisma Indocement, Jl. Sudirman. Saat itu, Anthony apalagi sampai tidak berani pulang ke rumah bapaknya di area Roxy, Jakarta Pusat. Sebab, kerusuhan massa juga menyasar permukiman masyarakat Tionghoa. Dikhawatirkan, jika Anthony berdiam diri di rumah, dia bisa terbunuh.

Prediksi itu kemudian betul terjadi. Pada 14 Mei pagi, Anthony menerima berita jika rumah bapaknya didatangi sekelompok pemuda bertampang mengancam, bersenjatakan jerigen bahan bakar, dan perkakas. Mereka mau masuk ke rumah mewah Liem.

Anthony tak berkutik. Dia memerintahkan satpam untuk mempersilahkan massa masuk merusak rumahnya, daripada dihadang dan terjadi pertumpahan darah.

"Dalam sekejap, seluruh mobil di kandang mobil terbakar, termasuk juga seisi rumah. Mereka membakar furnitur, mencopot lukisan, dan mengobrak-abrik kamar. Bahkan, mereka mencoret-coret rumah dengan kata-kata tidak pantas," tutur Anthony kepada Richard Borsuk dan Nancy Chng.

Setelah beberapa menit melakukan itu, kediaman Salim langsung terbakar. Di jalanan, foto Salim dilempari batu dan dibakar oleh massa nan marah (Kompas, 15 Mei 1998).

Melihat situasi Jakarta nan sangat parah, Anthony langsung berangkat menuju Singapura dengan pesawat jet pribadi.

Setelah kerusuhan mereda dan Soeharto lengser, BCA mengalami kerugian paling parah. Tercatat, sebanyak 122 bagian rusak parah. Secara rinci, 17 instansi terbakar habis, 26 bagian dirusak dan dijarah, dan 75 bagian rusak tetapi tidak dijarah. Lalu, ada 150 ATM nan dirusak dan diambil duit tunainya hingga menelan kerugian Rp3 miliar.

Selain BCA, Indofood juga mendapat serangan. Pabrik di Solo dijarah dan dibakar hingga menelan kerugian Rp42 miliar. Pusat distribusinya di Tangerang juga hancur dijarah massa. Hanya Indocement nan tetap bisa bertahan.

Seminggu setelah Soeharto lengser pada 21 Mei 1998, BCA diambil alih oleh pemerintah lantaran kondisi keuangannya semakin berdarah-darah tak tertolong. Pemerintah lewat Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) resmi menjadikan BCA sebagai BTO (Bank Taken Over). Pengambilalihan ini bermaksud untuk menolong BCA agar tidak jatuh terlalu dalam.

Sejak itulah, BCA tidak lagi menjadi milik family Salim. Richard Borsuk dan Nancy Chng menyebut untuk menghidupi kembali mesin-mesin kekayaan, Salim hanya mengandalkan Indofood.

Kini, 25 tahun setelah kejadian memilukan itu, upaya family Salim kembali mulai berjaya. Bisnisnya pun tidak hanya Indofood, tetapi juga merambah sektor migas, konstruksi, dan perbankan.


(fab/fab)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Investasi Pilihan Dana Pensiun Saat Rupiah Dalam Tekanan 2025

Selengkapnya