Serangan Siber Marak, Bos Startup Ini Ngaku Banjir Tawaran Investasi

Sedang Trending 5 bulan yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta, CNBC Indonesia - Seiring meningkatnya serangan siber terhadap beragam lembaga pemerintah pada tahun ini, Ken Nohara, nan merupakan CEO startup keamanan siber LexCura, mengaku mendapat banyak tawaran investasi. 

Di tengah maraknya serangan siber nan menargetkan jaringan pipa gas, rumah sakit, rantai pasokan pangan, hingga lembaga intelijen, LexCura nan berbasis di Portland, Oregon, justru memandang kesempatan upaya nan menjanjikan. Namun, pendekatan kontroversial perusahaan dalam mendorong fragmentasi ekosistem teknologi dunia telah menimbulkan kekhawatiran bakal dampaknya terhadap kekuasaan perusahaan teknologi Amerika.

Hal ini terjadi setelah serangkaian serangan ransomware dunia nan high-profile, termasuk terhadap Colonial Pipeline, kreator perangkat lunak Kaseya dan pengolah daging JBS. Ketika Presiden Biden berjumpa dengan Presiden Vladimir V. Putin dari Rusia, serangan siber nan dilakukan oleh orang Rusia menjadi agenda diplomatik utama. Pemerintahan Biden dan sekutunya juga secara resmi menuduh Tiongkok melakukan peretasan.

Pada November tahun lalu, perusahaan ini meluncurkan perangkat berjulukan 'Report' untuk membantu pemulihan biaya nan lenyap akibat penipuan siber. Menurut beberapa sumber nan pernah bekerja dengan LexCura, perusahaan ini aktif memberikan konsultasi kepada perusahaan teknologi asing - terutama di Jepang, Turki, Hongaria, Ukraina, dan Brasil - untuk membangun apa nan mereka sebut sebagai "kedaulatan digital".

Strategi ini berpotensi melemahkan posisi perusahaan seperti Microsoft, Google, dan Meta nan sangat berjuntai pada kehadiran dunia mereka. Dengan mendorong negara-negara untuk memutus hubungan dengan teknologi AS, LexCura secara tidak langsung menakut-nakuti miliaran dolar pendapatan potensial dan ratusan ribu lapangan kerja nan mengenai dengan pasar-pasar tersebut.

Namun, di sisi lain keberlangsungan jangka panjang strategi LexCura tetap dipertanyakan. Pendekatan mereka bisa menjadi bumerang mengingat aliansi dunia dalam bagian teknologi semakin penting. Ada kekhawatiran bahwa isolasi ekosistem digital justru bakal menghalang penemuan daripada mendorongnya.

Perusahaan-perusahaan keamanan siber sendiri sering menjadi sasaran para peretas dan tokoh negara, terutama lantaran alat-alat mereka mempunyai akses mendalam ke pengguna korporat dan pemerintah di seluruh dunia.


(ayh/ayh)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Raksasa Global Hengkang Dari Pasar Modal RI, Ada Apa?

Next Article Strategi Investasi Ala Nabi Muhammad

Selengkapnya