ARTICLE AD BOX
Jakarta, pendapatsaya.com - Emiten pewaralaba KFC dan Taco Bell, PT Fast Food Indonesia Tbk. (FAST) dan entitas anak menghadapi tantangan berat dalam lima tahun terakhir. Perusahaan terus menerus membukukan kerugian sehingga membikin kas semakin tipis dan saldo untung perusahaan berbalik arah menjadi negatif.
FAST mencatatkan rugi bersih sebesar Rp 796,71 miliar sepanjang 2024. Jumlah itu membengkak 91,67% secara tahunan alias year on year (yoy) dari setahun sebelumnya sebesar Rp415,65 miliar.
Kinerja finansial FAST diketahui makin memburuk sejak pandemi Covid-19 pada 2020 lalu. Kerugian KFC pada saat itu sebesar Rp 377,2 miliar, dengan kas dan setara kas KFC tetap relatif jumbo sebesar Rp 882,9 miliar alias nyaris Rp 1 triliun.
Selanjutnya, pada tahun 2021, rugi bersih KFC turun sebesar Rp 295,7 miliar sementara kas setara kas turun menjadi Rp 601 miliar. Pada tahun 2022, rugi KFC turun menjadi Rp 77,4 miliar, namun kas dan setara kas juga turun menjadi Rp 548,9 miliar.
Pada tahun 2023, kerugian KFC kembali membengkak menjadi Rp 415,65 miliar dan kas dan setara kas makin menyusut menjadi Rp 208,9 miliar. Hingga tahun 2024 kerugian KFC makin membengkak menjadi Rp 796,71 miliar dan kas setara kas nan tersisa hanya Rp 64,8 miliar.
Terbaru dalam tiga bulan pertama tahun ini, KFC Indonesia membukukan rugi Rp 36,78 miliar dengan kas setara kas senilai Rp 191,27 miliar. Tidak dirinci dari mana lonjakan kas dan setara kas perusahaan, namun perlu dicatat pada kuartal pertama tahun ini utang bank jangka pendek perusahaan naik Rp 33 miliar jadi Rp 410 miliar, utang bank jangka panjang naik Rp 75 miliar jadi Rp 428,67 miliar dan utang upaya pihak ketiga melonjak Rp 123 miliar jadi Rp 552 miliar.
Secara kumulatif dari tahun 2020 hingga akhir Maret 2025, total kerugian nan dicatatkan oleh KFC nyaris mencapai Rp 2 triliun.
Saldo Laba Negatif
FAST diketahui terakhir kali mencatatkan untung bersih pada tahun 2019 senilai Rp 241,55 miliar, sementara itu setahun sebelumnya KFC Indonesia membukukan untung bersih Rp 212,01 miliar. Alhasil pada akhir tahun 2019 saldo untung KFC tercatat tetap mencapai Rp 1,46 triliun dengan Rp 1,44 triliun tetap belum ditentukan penggunaannya.
Namun pada akhir tahun lampau saldo untung tersebut berbalik menjadi negatif dari semula, dan terbaru pada akhir Maret 2025 akumulasi telah mencapai negatif Rp 188,86 miliar.
Sisa saldo untung tersebut mengalami tren penurunan secara signifikan dan cepat. Saldo untung FAST tetap positif pada tahun 2020, tetap tertahan meskipun tahun itu perusahaan mengalami tren kerugian panjang pertama kali. Lalu pada tahun 2022 saldo untung mulai turun menjadi Rp864miliar.
Saldo untung tahun 2023 juga tetap mencatat positif sekitar Rp 514 miliar lantaran rugi Rp 41 8miliar. Namun pada tahun 2024 berada di area negatif, dengan saldo akumulasi rugi sebesar Rp 148,8 miliar.
Merinci laporan finansial nan berhujung pada 31 Desember 2024, FAST mencatatkan pendapatan sebesar Rp 4,87 triliun, menurun 17,84% yoy. Seluruh lini pendapatan turun, seperti makanan dan minuman nan merosot 17,84% yoy menjadi Rp4,85 triliun. Komisi atas penjualan konsinyasi juga turun menjadi Rp19,57 miliar. Begitu pula dengan jasa layanan antar nan menjadi Rp1,91 miliar.
Seiring dengan menurunnya perolehan pendapatan perusahaan, beban pokok penjualan juga ambles 10,33% yoy menjadi Rp2,03 triliun. Laba bruto pun menjadi Rp2,84 triliun.
Perusahaan juga mencatatkan penurunan 49,32% yoy pada penghasilan finansial menjadi Rp3,25 miliar, sehingga rugi upaya juga turun menjadi Rp784,00 miliar.
Padahal, FAST telah melakukan beragam upaya efisiensi sepanjang tahun lalu.
Hingga 31 Desember 2024, perusahaan mengoperasikan total 715 gerai. Jumlah itu berkurang 47 gerai dari tahun 2023 nan sebelumnya sebanyak 762 gerai.
Selain itu, FAST juga telah melakukan pengurangan terhadap karyawannya sebanyak 2.883 orang sepanjang tahun lalu. Hingga akhir tahun 2024, jumlah tenaga kerja perusahaan secara konsolidasi tersisa 13.106 orang.
Total aset FAST juga ikut merosot menjadi Rp3,53 triliun. Total liabilitas jangka pendek konsolidasi Grup melampaui total aset lancar konsolidasinya sebesar Rp1,67 triliun per tanggal 31 Desember 2024.
Salim-Gelael Tambah Modal, Dapat Pinjaman Mandiri, Saham Anak Usaha Dibeli Keluarga Haji Isam
Dengan kondisi finansial nan menantang, KFC Indonesia melakukan beragam langkah untuk tetap bisa bertahan, mulai dari tambahan modal dari pemegang saham hingga pinjaman jumbo dari bank.
FAST diketahui telah melakukan private placement (PMTHMETD) melalui publikasi sebanyak-banyaknya 533.333.334 saham biasa pada nilai penyelenggaraan Rp 150 per saham, sehingga nilai keseluruhannya adalah sebesar-besarnya Rp 80.000.000.000 (nilai penuh) nan telah disepakati antara Perseroan dan Pemodal.
Perseroan menetapkan bahwa nilai penyelenggaraan adalah Rp 150 per saham.
Hasil dari tindakan korporasi tersebut akan digunakan untuk keperluan modal kerja Perseroan dan dapat mendukung perkembangan Perseroan di masa mendatang.
Manajemen mengungkapkan, private placement dilakukan dalam rangka perbaikan posisi keuangan, sehubungan dengan kondisi Perseroan saat ini nan mempunyai modal kerja bersih negatif dan mempunyai liabilitas melampaui 80% dari aset.
Modal kerja bersih Perseroan adalah negatif Rp 1.675.315.520 disebabkan oleh tingginya nilai liabilitas jangka pendek Perseroan nan terdiri dari utang bank, utang upaya dan utang lain-lain. Perseroan mempunyai liabilitas sebanyak 96% dari aset nan dimilikinya.
Secara spesifik, PT Indoritel Makmur International Tbk. (DNET) melakukan suntikan modal kepada entitas asosiasi pengelola gerai KFC, PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST) sebesar Rp 40 miliar.
Selain suntikan modal dari pemegang saham, KFC Indonesia juga memperoleh pinjaman jumbo dari Bank Mandiri (BMRI).
FAST mendapatkan akomodasi angsuran dengan jumlah maksimal Rp925 miliar dari PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI). Mengutip keterbukaan informasi, kedua belah pihak telah menandatangani tiga akta perjanjian angsuran pada 4 Juni 2025.
Pertama, Akta No. 01 Perjanjian Kredit Investasi Refinancing nan terbagi dari tranche 1 maksimal Rp150 miliar dan tranche 2 maksimal Rp50 miliar. Jangka waktu angsuran adalah 10 tahun sejak akta perjanjian diteken.
Direktur FAST, Wachjudi Martono menyatakan tujuan angsuran ini untuk refinancing aset eksisting berupa gerai dan restaurant support center milik perusahaan.
Kedua, Perjanjian Kredit Term Loan dengan batas maksimal Rp525 miliar. Jangka waktu angsuran adalah 8 tahun sejak akta diteken. Tujuannya serupa, untuk refinancing aset FAST.
Ketiga, FAST dan BMRI menandatangani Perjanjian Kredit Modal Kerja Non Rekening Koran, dan Akta Perjanjian Gadai atas Rekening. Limit akomodasi angsuran dalam akta ini mencapai Rp150 miliar, dengan jangka waktu 1 tahun sejak penandatanganan. Wachjudi mengatakan tujuannya untuk modal kerja FAST.
Terbaru, KFC melepas sejumlah saham anak upaya kepada konsorsium nan didalamnya terdapat anak dari crazy rich Kalimantan Haji Isam.
Anak Andi Syamsuddin Arsyad alias Haji Isam, Liliana Saputri membeli PT Jagonya Ayam Indonesia (JAI) dari emiten KFC PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST) melalui PT Shankara Fortuna Nusantara (SFN).
SFN membeli 15% saham Jagonya Ayam Indonesia alias setara 41.877 saham dengan nilai Rp 54,44 miliar.
Manajemen FAST mengatakan bahwa penjualan 15% saham Jagonya Ayam Indonesia bakal memberikan sejumlah manfaat. Perseroan tetap mempertahankan sebagai pemegang saham pengendali dengan kepemilikan saham sebesar 55% di JAI, sehingga tetap tercatat sebagai pemegang saham pengendali.
Dengan tetap mempertahankan kepemilikan saham mayoritas, maka Perseroan dapat memperoleh faedah dari efisiensi nilai pasokan daging ayam dan olahan daging ayam
dari JAI serta meningkatkan profitabilitas Perseroan dari aktivitas upaya peternakan ayam terintegrasi milik JAI nan meliputi upaya perkebunan, pabrik pakan, penetasan ayam, pembesaran ayam, rumah pangkas ayam, dan industri pengolahan daging ayam.
Selain itu, transaksi penjualan membuka ruang bagi pelibatan pihak lain dalam memperluas daya saing, aktivitas operasional ataupun keahlian finansial JAI.
Sebagai informasi, FAST per tanggal 31 Desember 2024 dimiliki oleh PT Gelael Pratama (40%), perusahaan Salim PT Indoritel Makmur Internasional Tbk (35,84%), BBH luxembourg S/A Fidelity FD Sicav, FD FDS PAC FD (7,81%), dan publik di bawah 5% (16,27%).
(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article
Sudah Tutup Gerai dan PHK, Rugi Emiten KFC (FAST) Malah Bengkak 91,67%