ARTICLE AD BOX
Jakarta, CNBC Indonesia — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berbalik arah dan menutup perdagangan hari ini, Senin (7/7/2025) di area hijau. Setelah sempat terseok di sesi I, indeks mendadak melambung di menit akhir dan ditutup naik 0,52% ke level 6.900.
Kendati mayoritas saham atau 328 emiten berada di area merah. Sebanyak 266 saham naik dan 366 tidak bergerak. Nilai transaksi tetap terbilang sunyi hari ini, ialah Rp 7,48 triliun.
Sebagai informasi rata-rata nilai transaksi harian lazimnya berada di kisara Rp 10 triliun hingga Rp 13 triliun. Akan tetapi sejak Jumat pekan lalu, nilai transaksi ambruk jauh meninggalkan Rp 10 triliun.
Volume perdagangan hari ini juga terbilang kecil, ialah 14,33 miliar saham dalam 875,5 ribu kali transaksi. Adapun kapitalisasi pasar hari ini naik menjadi Rp 12.134,72 triliun, imbas kenaikan IHSG.
Mengutip refinitiv, satu sektor melaju kencang dan membikin IHSG balik arah, ialah utilitas nan naik 2,39%. Hal ini seiring dengan saham BREN yang naik 2,19% dan menopang 6,65 indeks poin terhadap IHSG.
Emiten Prajogo Pangestu lainnya, BRPT juga ikut menjaga IHSG di area positif dengan kontribusi 5,92 indeks poin. Selain duet Prajogo, SMMA, TLKM, AMRT, hingga ASII merupakan penggerak utama IHSG.
Kontras, saham konglomerat lainnya, AMMN justru menjadi pemberat IHSG hari ini dengan kontribusi -3,16 indeks poin. Lalu diikuti oleh ANTM -1,84 indeks poin dan BBCA -1,70 indeks poin.
Sementara itu, kebanyakan pasar di Asia-Pasifik hari ini ditutup di area merah. Nikkei di Jepang turun 0,56% dan Hang Seng di Hong Kong turun 0,12%. Begitu pula dengan KLSE di Malaysia nan ambruk 0,82% dan TWII di Taiwan turun 0,53%. Tercatat ada tiga nan menutup perdagangan di area hijau, yakni STI di Singapura naik 0,34%, Kospi naik 0,17%, dan Shanghai naik tipis 0,02%.
Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori, Ekky Topan mengatakan indeks saat ini bergerak sideways, artinya tidak menunjukkan tren naik alias turun nan jelas, tapi berfluktuasi dalam rentang sempit, ialah antara 6.820 sampai 6.980. Ini menggambarkan pasar nan lesu alias sedang menunggu kepastian arah namalain wait and see.
DIa juga menyebut keahlian emiten perbankan, nan biasanya jadi pilihan unggulan investasi asing saat ini mengalami perlambatna kinerja. Menurut Ekky, penanammodal asing itu tidak bisa berinvestasi sembarangan lantaran pasar Indonesia kecil.
(mkh/mkh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article IHSG Merah! Pasar Cemas Deflasi dan Data Ekonomi