ARTICLE AD BOX
Surabaya, pendapatsaya.com --
Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) terus melakukan investigasi tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya. Temuan sementara, kapal itu dikemudikan nakhoda pengganti alias Mualim I sesaat sebelum tenggelam di Selat Bali, Rabu (2/7).
Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono mengatakan, temuan itu dia dapatkan pihaknya setelah memeriksa sejumlah awak kapal dan korban selamat. Dalam tragedi tersebut, Mualim I ditemukan selamat.
Diketahui Mualim I mempunyai sertifikat Diklat Pelaut Nautika alias dikenal ANT. Mualim I bertanggung jawab secara langsung kepada nakhoda dan berkuasa mengemudikan kapal namun atas persetujuan nakhoda.
"Yang selamat itu Mualim I. Nah Mualim I itu sebagai pelaut juga mempunyai sertifikat ANT juga. Kalau kaptennya sedang istirahat, nakhoda pengganti itu adalah Mualim I," kata Soerjanto di Banyuwangi, Selasa (8/7).
Soerjanto menjelaskan, mulanya KMP Tunu Pratama Jaya dikemudikan Mualim I. Namun setelah dihantam ombak setinggi 2-3 meter, Mualim I membangunkan nakhoda nan sedang beristirahat.
Mualim I, kata dia, kemudian menginstruksikan seluruh penumpang untuk segera mengenakan jaket. Sementara kemudi telah diambil alih nakhoda.
Namun nahas tragedi itu tak terhindarkan. Dan nakhoda menjadi salah satu korban lenyap nan sampai sekarang belum ditemukan.
"Tadinya Mualim I [memegang kemudi] terus dia membangunkan kaptennya. Terakhir Mualim I keluar untuk memerintahkan penumpang menggunakan pelampung. Sementara nan mengendalikan kapal kaptennya," ujarnya.
Sebelumnya KNKT juga menyatakan KMP Tunu Pratama Jaya sempat dihantam gelombang setinggi 2-3 meter sebelum tenggelam di Selat Bali.
Informasi itu didapatkan KNKT setelah menggali keterangan dari awak kapal dan korban nan selamat dari tragedi itu, mereka mengakui bahwa kapal dihantam ombak besar.
"Ya, dari beberapa wawancara memang kita mendengarkan, mendapatkan ada aspek gelombang nan cukup besar," ujar Soerjanto.
Namun KNKT belum bisa menyimpulkan apakah gelombang tinggi di Selat Bali tersebut menjadi aspek utama kecelakaan kapal nan menelan puluhan korban tenggelam.
KNKT tetap melakukan analisa apakah KMP Tunu Pratama Jaya mempunyai rancang bangun nan tahan dengan hantaman gelombang tinggi.
Untuk itu tetap berupaya menelusuri arsip mengenai rancang bangun KMP Tunu Pratama Jaya ke Biro Klasifikasi Indonesia (BKI) di Jakarta.
Selain itu juga terungkap bahwa KMP Tunu Jaya Pratama terakhir dilakukan perawatan pada Oktober 2024. Temuan itu juga menjadi materi pendalaman KNKT.
"Nanti kita ke Jakarta untuk mendapatkan data-data kapal nan sudah dikumpulkan di BKI di Jakarta, mengenai riwayat ketika dia dilakukan docking (perawatan) nan terakhir di bulan Oktober," katanya.
KMP Tunu Pratama Jaya dikabarkan tenggelam dalam perjalanan dari Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi menuju Pelabuhan Gilimanuk, Bali Rabu (2/7) malam.
Petugas jaga Syahbandar memandang kapal tenggelam sekitar Pukul 23.35 WIB. Posisi terakhir kapal terlihat di perairan Selat Bali pada koordinat _8° 9'32.35"S 114°25'6.38_.
Hingga Selasa (8/7), dari total 65 penumpang dan awak kapal KMP Tunu Pratama Jaya dalam manifes, sebanyak 40 orang di antaranya sudah ditemukan.
Dari 40 korban nan ditemukan, 10 orang di antaranya dalam kondisi meninggal dunia, kemudian 30 orang selamat. Sedangkan 25 oranglainnya tetap dalam pencarian.
Namun jumlah korban diperkirakan lebih dari 65 orang. Pasalnya info manifes penumpang KMP Tunu Pratama Jaya diduga tak valid. Banyak orang menaiki kapal tersebut tapi mereka tak tercatat dalam daftar manifes, perihal itu terungkap melalui laporan para family korban.
(frd/ugo)
[Gambas:Video CNN]