Waketum Projo: Wacana Pemakzulan Gibran Terlalu Elitis

Sedang Trending 3 jam yang lalu
ARTICLE AD BOX

PRIME PLUS

pendapatsaya.com

Selasa, 08 Jul 2025 18:30 WIB

Jakarta, pendapatsaya.com --

Wakil Ketua Umum (Waketum) Projo Freddy Alex Damanik menilai wacana pemakzulan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka tidak relevan dengan kepentingan masyarakat luas.

Ia menyebut rumor tersebut terlalu elitis dan lebih bernuansa perebutan kekuasaan daripada kepedulian terhadap rakyat.

"Jadi memang ini isu-isu elit saja. Kan bisa lihat, aktivitas dari bawah enggak ada. Makanya saya bilang, sudahlah," ujar Damanik dalam program pendapatsaya.com Prime Plus pada Senin (7/7).

Menurutnya, daya publik sebaiknya difokuskan pada hal-hal nan lebih bermanfaat, seperti memberi masukan terhadap program pemerintahan Presiden Prabowo Subianto nan menyasar langsung kebutuhan masyarakat.

"Lebih bagus kasih masukan kepada pemerintahan Bapak Prabowo terhadap programnya. Misalnya makan bergizi, sekolah kerakyatan, koperasi desa, itu tuh lebih membangun dan lebih menyentuh rakyat," ujarnya.

Damanik juga menanggapi hasil survei mengenai rumor Gibran. Ia menilai survei tetap menarik untuk didiskusikan dan bisa menjadi bahan pertimbangan bagi Gibran sendiri.

Namun, dia menegaskan kembali bahwa polemik ini lebih berkarakter politis dan tidak memberikan faedah nyata bagi rakyat.

"Jadi ini hanya masalah merebut kekuasaan. Menyingkirkan nan tidak kita suka," katanya.

Sebelumnya, Pakar Hukum Tata Negara Refly Harun menyampaikan kritik tajam terhadap Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.

Refly menilai Gibran tidak mempunyai kapabilitas nan memadai sebagai pemimpin, apalagi menyebut bahwa Gibran layak dimakzulkan sebagai orang nomor dua di Indonesia.

"Rakyat Indonesia bisa menilai sendiri apakah Gibran punya kualitas alias tidak. (Bikin) Kata sambutan saja tidak bisa. Saya kira purnawirawan TNI sangat objektif ketika meminta pemakzulan. Salah satu alasannya adalah soal kapabilitas dan keahlian jasmani serta rohani," ujar Refly dalam program pendapatsaya.com Prime Plus pada Senin (7/7).

Ia juga menyinggung soal sistem presidensial Indonesia nan semestinya tidak tergantung pada satu figur nan tidak mempunyai kekuatan politik murni.

"Gibran itu tidak dibutuhkan oleh satu partai politik pun. Kekuatan Gibran bukan berasal dari parlemen alias partai politik. Pemerintahan tetap bisa melangkah tanpa dia," kata Refly.

(fdl/vws)

Selengkapnya