Trump Tak Perpanjang Deadline Tarif, Gerak Bursa Asia Bervariasi

Sedang Trending 14 jam yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta, pendapatsaya.com - Bursa Asia-Pasifik bergerak bervariasi setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengesampingkan perpanjangan tenggat waktu kebijakan tarif nan bakal dimulai pada 1 Agustus 2025 mendatang.

Mengutip CNBC Internasional, pada pukul 8.11 pagi waktu Singapura, indeks Nikkei 225 Jepang naik 0,33% sementara indeks Topix nan lebih luas naik 0,17%.

Indeks referensi Jepang, Nikkei 225, bakal dibuka lebih tinggi, dengan perjanjian berjangka di Chicago pada 40.055 sementara perjanjian berjangka di Osaka diperdagangkan pada 39.820, dibandingkan dengan penutupan indeks pada hari Selasa di 39.688,81.

Kontrak berjangka untuk indeks Hang Seng Hong Kong berada pada 24.102 nan menunjukkan pembukaan nan lebih kuat dibandingkan dengan penutupan terakhir HSI di 24.148,07.

Begitu juga bursa Korea Selatan, indeks Kospi mendatar sementara indeks Kosdaq nan berkapitalisasi mini juga naik 0,29%.

Sedangkan di Australia, indeks S&P/ASX 200 turun 0,26%.

Sementara itu, tadi malam di Amerika Serikat, dua dari tiga indeks utama di Wall Street berhujung di dekat garis datar.

Indeks S&P 500 turun tipis 0,07%, berhujung pada 6.225,52, sementara Nasdaq Composite naik 0,03% dan ditutup pada 20.418,46. Indeks Dow Jones Industrial Average tergelincir 165,60 poin, alias 0,37%, dan ditutup pada 44.240,76.

Seperti diketahui, Trump pada hari Selasa juga mengumumkan pungutan 50% untuk impor tembaga dan mengindikasikan bahwa tarif sektoral lebih lanjut bakal segera diberlakukan.

Dia juga menakut-nakuti bakal mengenakan tarif hingga 200% pada ekspor farmasi ke AS. Namun, Ia juga mengatakan bahwa dirinya bakal memberikan waktu sekitar satu tahun, satu separuh tahun hingga bea masuk mulai berlaku.

Tembaga jatuh lantaran tarif 50% nan bakal diberlakukan Trump. Harga tembaga turun pada hari Rabu setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan tarif 50% untuk ekspor logam ke AS.

Harga tembaga berjangka untuk pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange turun 0,35% menjadi US$9.829,50 per ton pada pukul 8.45 pagi waktu Singapura.

Selain itu, para penanammodal juga bakal mencermati sejumlah info dari Tiongkok hari ini, termasuk indeks nilai produsen untuk bulan Juni 2025. Para ahli ekonomi nan disurvei oleh Reuters memperkirakan nomor tersebut bakal mengalami kontraksi sebesar 3,2% tahun ke tahun, dibandingkan dengan penurunan 3,3% di bulan sebelumnya.

Sementara itu, nomor inflasi nilai konsumen negara ini diperkirakan bakal tetap datar dari tahun ke tahun, dari penurunan 0,1% di bulan Mei.


(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa Asia-Pasifik Dibuka Beragam, Investor Masih Waswas

Selengkapnya