ARTICLE AD BOX
Jakarta, pendapatsaya.com - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berpotensi semakin tertekan di kisaran Rp 16.300/US$ pada tahun ini, seusai majelis gubernur Bank Indonesia secara tak terduga memangkas suku kembang referensi BI Rate pada awal 2025.
Konsensus pendapatsaya.com nan dihimpun dari 15 lembaga/institusi secara absolut apalagi memproyeksikan BI bakal kembali menahan suku bunganya di level 6% kemarin, mengingat saat itu kurs rupiah sudah tertekan ke level Rp 16.300. Namun, seluruh proyeksi dalam konsensus itu salah.
Pasca Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengumumkan pemangkasan BI Rate, rupiah ditutup melemah 0,34% di nomor Rp16.315/US$ pada perdagangan kemarin, Rabu (15/1/2025). Hal ini berbanding terbalik dengan posisi kemarin (14/1/2025) nan menguat 0,06%, berasas catatan Refinitiv.
Padahal, nomor indeks dolar AS ialah DXY pada pukul 14:57 WIB tengah turun sebesar 0,18% di nomor 109,08. Angka ini lebih rendah jika dibandingkan dengan posisi kemarin nan berada di level 109,95.
Ekonom Bank Danamon Hosianna Evalita Situmorang memperkirakan, dengan pertimbangan dinamika suku bung tersebut, unik kuartal I-2025 kurs rupiah berpotensi tertekan di level atas Rp 16.300/US$. Di sorong potensi terus menguatnya dolar AS lantaran data-data ekonomi AS terus menunjukan penguatan.
"Dengan Rupiah nan berpotensi bergerak di kisaran 16.300 pada Q1-2025, mengikuti tren mata duit Asia lainnya seperti Baht Thailand, Peso Filipina, dan Rupee India, tekanan depresiasi diperkirakan bakal terus berlanjut," tegasnya kepada pendapatsaya.com, dikutip Kamis (16/1/2025).
Meski begitu, dia meyakini, pelemahan kurs ke depan ini tetap bakal terkendali bagi BI, lantaran adanya instrumen operasi moneter BI, ialah Sekurita Rupiah Bank Indonesia (SRBI) nan menarik bagi penanammodal asing, sehingga pasokan dolar AS juga tetap bakal terjaga di dalam negeri.
"Bank Indonesia dapat mempertahankan publikasi SRBI untuk mendukung Rupiah. Penerbitan obligasi bruto diproyeksikan meningkat menjadi Rp1.442 triliun, dengan porsi nan signifikan lantaran obligasi nan jatuh tempo," tutur Hosianna.
Sementara itu, Head of Macroeconomic and Financial Market Research Permata Bank Faisal Rachman condong menganggap, kurs rupiah sepanjang tahun ini tetap bakal terus bergerak di kisaran Rp 16.000/US$. "Kami memandang tetap bakal condong persistent di atas 16,000 per USD," tuturnya.
Ia menjelaskan, walaupun Rupiah memang condong melemah pada Januari 2025, namun pelemahan ini merupakan kejadian dunia lantaran kurs dolar AS menguat nyaris ke semua mata duit dunia.
"Tekanan pada stabilitas Rupiah tetap ada sejalan dengan ketidakpastian dunia nan tetap berlangsung, tapi sudah mulai dapat terukur dan terkendali," kata Faisal.
Sementara itu, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo pada saat mengumumkan pemangkasan suku kembang referensi memandang bahwa pergerakan kurs ke depan bakal semakin terkendali.
Nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS pada Januari 2025 (hingga 14 Januari 2025) dia katakan juga hanya melemah sebesar 1,00% (ptp) dari level nilai tukar akhir 2024.
Perkembangan nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS juga relatif lebih baik dibandingkan dengan mata duit regional lainnya, seperti rupee India, peso Filipina, dan baht Thailand nan masing-masing melemah sebesar 1,20%; 1,33%; dan 1,92%.
"Sebaliknya, nilai tukar Rupiah tercatat menguat terhadap mata duit golongan negara maju di luar dolar AS, dan stabil terhadap mata duit golongan negara berkembang," tegasnya.
Perkembangan tersebut sejalan dengan kebijakan stabilisasi Bank Indonesia serta didukung oleh aliran masuk modal asing nan tetap berlanjut, imbal hasil instrumen finansial domestik nan menarik, serta prospek ekonomi Indonesia nan tetap baik.
"Ke depan, nilai tukar Rupiah diprakirakan stabil didukung komitmen Bank Indonesia menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah, imbal hasil nan menarik, inflasi nan rendah, dan prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia nan tetap baik," ucap Perry.
Ia juga memastikan, seluruh instrumen moneter bakal terus dioptimalkan, termasuk penguatan strategi operasi moneter pro-market melalui optimasi instrumen SRBI, SVBI, dan SUVBI, untuk memperkuat efektivitas kebijakan dalam menarik aliran masuk investasi portofolio asing dan mendukung stabilitas nilai tukar Rupiah.
(arj/haa)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Ini "Jurus" BI Jaga Stabilitas Rupiah
Next Article Dolar Tembus Rp15.800, Bos BI Buka Suara & Keluarkan Jurus Ini!