Kisah Sukses Habibie Kendalikan Dolar Dari Rp16.000 Ke Rp6.550

Sedang Trending 5 bulan yang lalu
ARTICLE AD BOX
Daftar Isi

Jakarta, pendapatsaya.com - Baru-baru ini, netizen Indonesia dihebohkan dengan kesalahan teknis di Google nan menampilkan nilai tukar dolar AS terhadap rupiah di nomor Rp8.170,65. Padahal, berasas info resmi, kurs rupiah terhadap dolar AS berada di kisaran Rp16.300 per dolar.

Dua dasawarsa silam, tepatnya pada 1998, posisi Dolar AS pernah berada di level serupa, tepatnya Rp16.800. Malah kondisinya lebih parah karena kenaikan dolar terjadi dalam waktu relatif singkat dan cepat. Plus, merembet juga ke krisis politik.

Semua tahu itu semua membikin 32 tahun kekuasaan Presiden Soeharto tumbang. Pergantian kekuasaan secara mendadak juga tak serta merta membikin pasar optimis. Sebab, presiden penggantinya, B.J Habibie, dianggap tak bisa mengatasi masalah ekonomi.

Dia bukan ekonom, hanya teknokrat kreator pesawat nan dianggap kritikus Orde Baru sebagai kebijakan buang-buang uang. Apalagi, saat itu dia juga tetap dianggap bagian dari rezim Orde Baru. Bahkan, Presiden Singapura Lee Kuan Yew juga menganggap naiknya Habibie jadi orang nomor satu bisa membikin rupiah makin tak berdaya.

Namun, itu semua salah. Habibie faktanya sukses menaklukan dolar lewat 3 langkah ini:

1. Restrukturisasi perbankan

Sebagai catatan, pada masa Orde Baru pendirian bank dipermudah oleh pemerintah berkah kebijakan Paket Oktober 1988. Sayang, kemudahan pendirian bank ini tak dibarengi oleh keahlian perbankan nan baik. Alhasil, saat terjadi krisis, banyak bank-bank bertumbangan. Nasabah lantas melakukan penarikan biaya besar-besaran.

Permasalahan ini jadi konsentrasi utama. Habibie melakukan restrukturisasi perbankan seraya berambisi Bank Indonesia makin kuat. Salah satu caranya mencabut patokan tersebut dan mempraktikan langsung pada bank pemerintah. Empat bank milik pemerintah digabung menjadi satu bank berjulukan Bank Mandiri.

Selain itu, dia juga memisahkan BI dari pemerintah lewat UU No.23 tahun 1999. Dalam otobiografinya, B.J. Habibie: Detik-detik nan Menentukan (2006), Habibie bilang kebijakan itu jadi langkah terbaik menguatkan rupiah. BI kudu independen, objektif, dan bebas dari intervensi politik.

2. Kebijakan moneter ketat

Kebijakan moneter Habibie mengatasi krisis melalui publikasi Sertifikat Bank Indonesia (SBI). SBI diterbitkan dengan kembang tinggi dengan tujuan agar bank-bank kembali dipercaya masyarakat. Jika ini terjadi, maka masyarakat bakal kembali menabung, sehingga menurunkan peredaran duit di masyarakat.

Pria berdarah Sulawesi itu menyatakan jika langkah ini sukses. Berkat SBI, suku kembang dari 60% turun menjadi belasan persen. Kepercayaan terhadap bank pun kembali meningkat.

3. Pengendalian nilai bahan pokok.

Habibie menganggap kebutuhan bahan pokok jadi perihal vital. Alhasil, dia mempertahankan nilai listrik dan BBM subsidi agar tidak naik, sehingga nilai bahan pokok tetap terjangkau di tengah krisis.

Pada sisi lain, kebijakan ini juga menuai kontroversi karena Habibie mengeluarkan pernyataan nyelenah. Dalam salah satu pidatonya, dia pernah meminta rakyat berpuasa di kala krisis agar lebih hemat.

"Ketika terjadi masa krisis saat B.J. Habibie diangkat menjadi presiden, dia menganjurkan rakyat melakukan puasa Senin-Kamis," kata A. Makmur Makka saat menulis kitab riwayat hidup Habibie, Inspirasi Habibie (2020).

Pada akhirnya, ketiga langkah tersebut sukses membikin kepercayaan pasar terhadap ekonomi Indonesia meningkat. Aliran biaya penanammodal kembali masuk. Dan nan terpenting dolar AS kembali menguat dan terkendali ke level Rp6.550.


(fsd/fsd)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Jurus Perbankan Hadapi "Ancaman" Risiko Nilai Tukar di 2025

Next Article Konflik Timur Tengah Masih Panas, Dolar Turun ke Rp 15.615

Selengkapnya