China Diam-diam Timbun Harta Karun Ri Saat Perang Dagang

Sedang Trending 9 jam yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta, pendapatsaya.com - China menimbun nikel dalam jumlah besar di tengah tensi jual beli dengan Amerika Serikat (AS). Negeri itu memanfaatkan nilai nan rendah untuk memperkuat persediaan logam nan krusial bagi baja tahan karat dan baterai kendaraan listrik alias electronic vehicle (EV).

Menurut dua sumber serta kajian Financial Times (FT), Beijing diperkirakan telah membeli hingga 100.000 ton nikel untuk persediaan negaranya sejak Desember. Tiga sumber lainnya mengonfirmasi pembelian tersebut tetapi tidak memberikan angka.

Pakar industri mengatakan persediaan nikel Beijing diperkirakan mencapai 60.000 hingga 100.000 ton sebelum putaran pembelian terakhir, nan berfaedah China diperkirakan telah menggandakannya tahun ini. Sementara itu, China tidak secara teratur mengungkapkan volume persediaan logamnya.

"Telah terjadi peningkatan besar dalam impor logam nikel Tiongkok dan itu masuk ke dalam persediaan strategis pemerintah," kata seorang tokoh industri senior, dikutip dari FT, Senin (7/7/2025).

Peningkatan ini terjadi saat Beijing berupaya mengamankan rantai pasokannya di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik dengan Washington, dan saat nilai nikel mencapai level terendah sejak 2020. China saat ini mendominasi rantai pasokan dunia mineral krusial dan tanah jarang, serta menguasai mitra dagang, menggunakannya sebagai perangkat leveraging.

Sumber mengungkapkan Administrasi Cadangan Pangan dan Strategis Nasional Tiongkok, badan pemerintah nan mengelola stok resmi, telah membeli nikel dengan kemurnian tinggi, nan dikenal sebagai logam "kelas satu", sejak Desember. Adapun nikel kelas satu digunakan dalam pelapisan listrik untuk barang-barang konsumen dan kedirgantaraan serta produksi baterai kendaraan listrik.

Data bea cukai menunjukkan pembelian nikel murni Tiongkok mencapai 77.654 ton dalam lima bulan pertama tahun 2025, level pembelian tertinggi untuk periode tersebut sejak 2019 dan lebih dari dua kali lipat volume selama periode nan sama tahun lalu.

Namun, konsumsi nikel kelas satu hanya tumbuh 5-10% per tahun, menurut salah satu analis industri terkemuka. Kelompok Studi Nikel Internasional telah memperkirakan total permintaan nikel di Tiongkok bakal meningkat 4,9% pada tahun 2025, termasuk kadar nan lebih rendah seperti nikel pig iron dan produk nikel lainnya.

Ketidaksesuaian itu "adalah bukti kuat untuk penimbunan", kata tokoh industri tersebut.

Menurut seseorang nan dekat dengan mitra jual beli pemerintah, China juga menimbun logam industri lainnya. Ia mengatakan manajemen persediaan strategis mengindikasikan dalam pemberitahuan bulan Maret bahwa mereka mau membeli nikel, litium, kobalt, dan tembaga untuk persediaan negara.

Adapun nilai nikel telah merosot sekitar 40% selama dua tahun terakhir lantaran ekspansi produksi nan sigap di Indonesia, nan mempunyai persediaan nikel terbesar di bumi dan mengendalikan dua pertiga pasokan global. Kontrol ekspor nikel mentah di masa lampau telah merugikan produsen baja Tiongkok.

"Karena nilai nikel ambruk tahun lalu, sebenarnya ini adalah waktu nan tepat untuk meningkatkan persediaan nasional," tambah orang tersebut.

Pembelian oleh Tiongkok apalagi dapat memberikan dasar bagi nilai nikel, nan juga terpukul oleh melambatnya permintaan baterai kendaraan listrik berbasis nikel, kata orang-orang nan mengetahui masalah tersebut.

Penarikan nikel kelas satu dari jaringan dunia penyimpanan LME juga menunjukkan pola perdagangan nan tidak biasa. Data LME menunjukkan pembeli dunia menarik 78.798 ton antara Januari dan 27 Juni, jauh lebih tinggi dari 17.544 ton pada periode nan sama tahun lampau dan apalagi melampaui 44.106 ton untuk seluruh tahun 2024. LME mengatakan volume perdagangan nikel mencapai level kuartalan tertinggi dalam tiga bulan terakhir sejak awal tahun 2020.

"Ide Tiongkok menimbun nikel adalah sesuatu nan telah banyak kami bicarakan dengan para pelaku pasar dan klien," kata seorang analis pasar.

Tiongkok mungkin membeli nikel kelas satu nan berasal dari Indonesia nan pasokannya ke LME telah melonjak dalam setahun terakhir sejak bursa mengizinkan nikel olahan nan diproduksi oleh perusahaan Indonesia dan Tiongkok masuk ke gudangnya. China juga kemungkinan bakal membeli dari produksi dalam negeri, nan tidak tercermin dalam LME alias info impor, kata orang-orang tersebut.


(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Trump Melunak Soal Tarif ke China, Bursa Asia Kompak Menguat

Selengkapnya